Info

SELAMAT DATANG

Selamat datang di Coretan CHACHUBBYCHA - saya senang Anda berada di sini, dan berharap Anda sering datang kembali. Silakan Berlama - Lama di sini dan membaca lebih lanjut tentang artikel saya ini...

Sekilas Tentang Chachubbycha

Nama saya ELIZA NUR FITRIANA, Saya Bukan Seorang Blogger, Desainer atau Apapun Tapi Saya Hanya Seseorang Yang Ingin Selalu Belajar dan Ingin Tahu Sesuatu Yang Baru... Terimakasih anda telah berada di blog saya ini.. Mampir lagi ya Gan...!

Monday, September 19, 2011

“Slide Jingga”

Share on :

--------->Cerpen
“Slide Jingga”
(Terinspirasi dari Kisah Nyata Sahabatku)
Oleh: Novanda Alim Setya Nugraha
Model Ilustrasi Cerpen diperankan oleh:
(Dari Kiri ke Kanan) : Andi Saputro, Heiditya Surya Maharani, dan Venny Mahardini.
Fotografer : Hisyam Surachman

Mataku masih sembab, bekas remehan tangisan seharian tadi yang masih membengkas. Aku memang habis menangis seharian. Bukan tanpa sebab aku menangis, aku menangis setelah tahu kenyataan kalau ternyata Hangga seseorang yang sudah kuanggap “boyfriendku” selama 8 bulan membohongi semua kebaikan hidupku. Tanpa disangka dia ternyata menjalin hubungan dekat dengan Dilla sahabatnya dulu di waktu duduk di bangku SD. Mungkin aku bisa dibilang “lebay” atau berlebihan menangis seharian di kamar kosku sendiri, tapi inilah aku dengan segala kekuranganku, aku lebih senang menangis jika mendapat masalah dalam hidupku dan aku pikir menangis adalah penyelesaian bagiku.
Sembari terduduk di kamar kosku ini aku masih sempat mengingat hal-hal terbaik yang telah aklu kumpulkan bersama Hangga. Memang tak baik mengingat Hangga disaat hatiku masih bersedih karena kehilangannya, tapi bagiku Hangga adalah persinggahan dan berkat Tuhan terbaik dalam menemani hidupku sebagai seorang mahasiswi di Yogyakarta. Ya, Yogyakarta adalah tempat keduaku, aku belajar dan mendedikasikan diriku disini demi orang-orang terdekatku yang menginginkanku sukses di kemudian hari. Aku tinggal di sebuah kos di kampung Karangmalang, sebuah pedesaan kecil yang diapit oleh dua kampus besar yaitu UGM dan UNY. Aku suka tempat kos dimana aku tinggal, selain dekat dengan kampusku UGM, di kosku juga dihuni oleh puluhan mahasiswi lainnya yang ramah dan bersahaja, apalagi diantara mereka ada seorang mahasiswi yang juga berasal dari kampung halamanku. Dari tempat kos inilah awal perkenalanku dengan Hangga dimulai, waktu itu aku masih ingat salah satu teman kos yang bernama Sari mengenalkanku pada teman kuliahnya di UPN yang kebetulan mampir dikos untuk meminjam bahan kuliah milik Sari. Waktu itu aku masih ingat waktu pertama kali melihatmu, hmm… Kamu begitu sempurna dengan tubuh tinggi dan semburat senyum yang terpancar dari muka tampanmu… Kaos warna jingga yang diselimuti jaket abu-abu dengan garis merah dipadu jeans biru semakin mengiuatkan sisi maskulinmu, apalagi ditambah semerbak aroma parfum yang membuatku hanyut sesaat mengagumimu dengan segala pesona yang kamu miliki. Satu hal yang aku suka dari kamu adalah bibir merah yang kamu miliki, hmm… Jarang ada seorang pria yang memiliki bibir merah… Sampai-sampai aku mengkhayal bahwa dirimu adalah jelmaan Rezky Aditya yang memang seorang aktor tampan dengan bibir merah khasnya. Waktu itu aku malu-malu saat Sari mengajakku berkenalan denganmu, ada sesuatu yang berdesir diantara diafragma hatiku yang mulai mengatup dan melebar tanda ada sesuatu yang membuatku bahagia.
“Kenalin, namaku Hangga Yanuar Dwiputra. Panggil aja aku Hangga.” Begitulah saat kamu mengajakku berkenalan denganku.
Tanpa ragu aku membalas uluran tangan tanda perkenalanmu dan menjawab:
“Oh ya, kenalin juga, namaku Mahessa Putri Cempaka, panggil saja namaku Essa.”
“Wah, namamu lucu juga, kayak nama tokoh film laga jadul di TV, he…he…”
“Ah kamu bisa aja Hangga.”
Ya begitulah perkenalan singkat kita, namun justru dari perkenalan singkat tersebut kita semakin akrab dengan saling bertukar nomor handphone untuk saling berkirim kabar dan tentunya saling mengaitkan jumputan cerita kita yang terekam dalam kebaikan bersama. Jujur, aku sangat nyaman bersamamu, banyak hal unik dan menarik yang ku dapat darimu. O…ya kita juga punya banyak kesamaan, kita sama-sama suka minum air putih, kita sama-sama suka pantai, dan satu lagi, kita punya warna kesukaan yang sama yaitu warna jingga… Ya jingga…. Bagiku warna jingga adalah warna ketenangan, keakraban, dan kesederhanaan dari sebuah hidup. Waktu itu aku amat percaya dengan mitos yang mengatakan kalau seseorang yang menpunyai banyak kesamaan dengan orang yang dicintainya berarti mereka bisa berjodoh. Sampai masa perkenalan yang begitu akrab akhirnya kita berkeputusan untuk mengawali hubungan yang lebih dekat dari sebuah pertemanan, entahlah apa nama istilah hubungan itu, ada yang bilang “berpacaran” atau bahasa kerennya di jendela profil facebook “in relationship.”
Aku masih ingat dengan jelas kapan , dimana, dan bagaimana awal hubungan kita yang lebih dimulai. Hmmm…. Tepatnya Kamis, 31-Desember-2009 tepat dipenghujung akhir tahun 2009. Aku masih ingat bagaimana kamu waktu itu mengajakku berlibur ke pantai Baron yang berada di bagian selatan daerah Gunung Kidul. Sehabis pulang kuliah pukul 02.30 WIB, kamu langsung menjemputku ke kosku dan mengajakku untuk ikut denganmu menikmati pergantian tahun di pantai tersebut. Dengan motor matic keluaran terbaru itu kamu bawa aku menembus jalan menuju Pantai Baron, jalan khas pegunungan Gunung Kidul yang menanjak, menurun, dan penuh tantangan membuatku takut sejenak, sampai akhirnya kamu menyuruhku untuk berpegangan pada pinggangmu untuk mengurangi rasa takutku itu. Saat aku berpegangan pada pinggangmu kurasakan aroma dan rasa yang berbeda yang menyibak aliran adrenalinku ini. Ya, ada sesuatu yang berdesir naik turun dan membuat jantungku dag dig dug tak karuan, tapi entahlah… Justru dari rasa dag dig dug itu timbullah rasa damai dan nyaman yang bersenggama erat diantara kita. Perjalanan selama kurang lebih 1,5 jam dari Pusat Kota Yogyakarta menuju Pantai Baron tanpa terasa telah kita lalui, sesampainya disana ku lihat banyak juga orang-orang yang kebanyakan muda-mudi seperti kami yang tentunya mungkin punya tujuan sama seperti kami yaitu menikmati sunset dan suasana pantai di penghujung akhir tahun 2009. Tanpa malu-malu setelah kamu memarkir motormu di tempat yang disediakan, kamu segera menggandeng erat tanganku. Aku yang memang dari awal menyukaimu hanya bisa merem-melek dan menurut saja seperti boneka kecil yang tak punya daya. Rasanya waktu itu kamu memang sengaja membawaku jauh berlari dari keramaian pantai. Aku masih ingat waktu itu kamu membawaku jauh berlari menuju dinding batu karang yang teronggok di bibir pantai sebelah barat. Sampai disana kita segera duduk tersengal-sengal mengambil nafas karena kelelahan setelah berlari. Kita sengaja duduk berselonjor memandang lepas pantai tanpa alas untuk duduk kita. Tanpa dikomandoni kamu segera mengambil kamera pocket Canon yang kamu taruh di tas punggungmu dan segera menyuruhku untuk berfoto dengan berbagai gaya. Agak malu memang aku saat itu, apalagi saat kamu mengajakku untuk berfoto bersama dengan jarak yang amat sangat dekat, malah-malah kamu menempelkan pipimu ke pipiku seolah-olah kita memang dua orang yang telah berhubungan. Habis berfoto kamu mulai mengawali percakapan antara kita sembari menikmati Snack Taro dan dua botol Mizone yang sengaja kamu bawa sebagai bekal perjalanan kita. Dengan mesranya kamu memandang mataku begitu hikmat, dan akupun demikian dengan begitu lekatnya memandang matamu yang begitu bening dan hangat. O…ya, satu hal lagi yang kukagumi darimu, selain kamu memiliki bibir merah yang indah, aku juga menemukan satu bagian karunia Tuhan yang terpasang diatas mata indahmu, ya… aku suka alismu yang tebal dan panjang, Hmmm… Ingin aku memegang walau hanya sedetik dua detik. Tiba-tiba dalam lamunan diriku memandang matamu, kamu memberiku kejutan dengan mengeluarkan bungkusan berwarna jingga dari dalam tasmu.
“Essa, ini buat kamu ya!!” Ucapmu, sambil menyodorkan bungkusan sedang tersebat.
“Ini apa Ngga??” Jawabku sambil menerima bungkusan jingga tersebut.
“Buka aja, semoga kamu suka.” Jawabmu sambil memandang mataku begitu dalam.
Tanpa ragu akupun membuka bungkusan itu, dan tampak sesuatu berwarna jingga menyembul dari dalamnya.
“Ya ampun Ngga, ini kan baju warna jingga yang aku inginkan sejak lama. Kok kamu tahu aku suka baju ini?”
“Ada deh, yang jelas kamu kan suka warna jingga sepertiku.”
Akupun cuma bisa terdiam dan bertanya-tanya, darimana kamu bis atahu kalau aku menginginkan baju jingga yang aku ingin beli di Butik Post Mode dekat Kampus Atmajaya. Tapi tak penting itulah, dan mungkin kamu tahu itu dari Sari yang juga merupakan sahabatku dan sahabatmu. Dan kitapun memulainya dengan percakapan kita kembali.
“Makasih ya Ngga.”
“Sama-sama Sa. Tau nggak, aku tuh nyaman banget bersamamu lho. Kamu tuh punya segalanya. Ya… segalanya.”
“Ah… Masa Ngga.”
“Iya Sa, aku tulus banget lho.”
“Sebenarnya aku juga Ngga. Kamu cowok baik dan menyenangkan. Aku nyaman dekat sama kamu.”
“Sa, untuk itulah, aku pengin kamu jadi pacarku?”
“Pacar?? Pacar??”
“Iya Sa, pacar…”
“Ngga, aku juga sebenarnya juga suka sama kamu, tapi bolehkah aku mengajukan dua syarat sebelum kita jadian.”
“Boleh banget Sa, syarat apa saja itu? Katakan! Selama untuk kebaikan bersama dan tak begitu memberatkanku, kenapa tidak.”
“Baiklah Ngga, syarat yang pertama selama kita berpacaran kita musti menjaga komunikasi dengan baik, kalaupun kita tidak bertemu rutin karena kesibukan masing-masing kita musti rutin berkirim kabar baik melalui telepon atau SMS.”
“Ya, itu tak masalah. Lalu syarat yang terakhir?”
“Selama kita dalam masa hubungan ini, kamu dan aku tidak boleh mengkhianati hubungan kita dengan cara apapun dan jika salah satu dari kita ketahuan berkhianat, otomatis hubungan kita berakhir dengan sendirinya. Kamu maksud kan?”
“Baiklah, aku penuhi dan jaga baik-baik syarat yang kamu ajukan itu.”
“Makasih Ngga kalau kamu mengerti syarat-syaratku itu. Aku mengajukan syarat bukan tanpa sebab, aku mengajukan itu karenma aku tak ingin timbul masalah atau penyesalan di kemudian hari kalau terjadi apa-apa dengan hubungan kita.”
“Iya Sa, aku tahu itu. Berarti sekarang kita resmi jadian dong?”
“Tentu Ngga.”
Ya, begitulah caramu saat kamu memintaku untuk menjadi bagian hidupmu, aku begitu bahagia saat itu. Dari awal jadian inilah kita mulai memahami satu sama lain, kita mulai banyak menyimpan rahasia yang kita miliki masing-masing. Kamu rutin meluangkan waktu luangmu untuk mengajakku pergi berkelana. Kita sering menikmati sore di Alun-Alun Kidul Yogyakarta, atau mungkin kamu mengajakku menonton latihan basket yang kamu ikuti rutin tiap Rabu sore di GOR UPN kampusmu. Kita juga sering memakai benda-benda berwarna jingga kesukaan kita. Ya, kita sering memadukan baju yang sama saat kita berpergian bersama. Sampai-sampai teman kita memuji gaya kekompakan kita yang semakin penuh warna dan kesamaan. Tapi entahlah, setelah 8 bulan berlalu hal yang tak diinginkanpun terjadi.
…………………………………….(bersambung)………………………………………………...........................

By Elizanurfitria

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...